KEGAGALAN TIDAK DIUKUR DARI APA YANG TELAH ANDA RAIH, NAMUN KEGAGALAN YANG TELAH ANDA HADAPI, DAN KEBERANIAN YANG MEMBUAT ANDA TETAP BERJUANG MELAWAN RINTANGAN YANG BERTUBI-TUBI (ORISON SWETT MARDEN).

Selasa, 21 Februari 2012

Ketidakpastian dan Peluang

Peluang suksesHampir semua dari kita pasti lebih suka terhadap hal yang pasti-pasti karena dengan demikian kita akan merasa lebih aman. Perasaan “aman” itu sendiri merupakan kebutuhan dasar kedua.
Menurut ahli motivasi Maslow kebutuhan dasar pertama atau kebutuhan paling mendasar adalah kebutuhan bukan hanya untuk hidup, tetapi juga kebutuhan untuk bisa survive: makan, air, udara, dan seks. Seks merupakan kebutuhan untuk meneruskan kehidupan, bukan melulu penyaluran nafsu badaniah! Jadi, keinginan untuk mendapatkan hal-hal yang pasti-pasti juga merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan utama manusia dalam kehidupan.

Dengan mempunyai keinginan tersebut sebetulnya kita berhadapan dengan paradoks karena kehidupan kita sehari-hari sendiri sudah penuh ketidak-pastian. Setiap kali bangun pagi, kita sudah menghadapi dunia yang penuh ketidak-pastian. Kita memang sudah membuat berbagai perencanaan, tetapi dapatkah (atau: beranikah) kita memastikan bahwa apa yang sudah terencana tersebut pasti 100 peren terlaksana sesuai dengan rencana yang sudah dibuat?
Mungkin komputer kita tiba-tiba disusupi virus. Atau anak kita yang segar-bugar ketahuan menderita sakit. Cek yang kita terima ternyata dananya kosong. Harga saham yang diperkirakan naik, eh, kok ya malah jadi turun. Rasa optimisme yang sudah kita bangun karena kita sudah demikian teliti menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan, mungkin saja tiba-tiba menjadi berantakan karena ada hal di luar dugaan yang menghantamnya. Apakah ketidak-pastian semacam itu membuat kita menjadi takut menghadapi masa depan?
Sebaiknya hal yang dapat menimbulkan pesimisme semacam itu dilihat dari sudut pandang lain: adanya ketidak-pastian semacam itu sebetulnya malah merupakan kemungkinan terjadinya berbagai hal lain. Bila ada kepastian, berarti hanya ada satu kemungkinan saja yang pasti terjadi dan pasti tidak akan ada kemungkinan lain yang akan terjadi. Sedang kalau tidak jelas (atau tidak pasti) apa yang akan terjadi, berarti yang mungkin akan terjadi ada banyak hal. Betul, kan?
Peluang
Memang, untuk mereka yang jeli dan dapat mengendalikan keadaan, kondisi ketidakpastian malah akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dari kondisi ketidakpastian itu akan dapat dicari berbagai peluang untuk diwujudkan menjadi hal-hal yang memuaskan.
Banyak orang yang beranggapan bahwa peluang yang baik hanyalah dimiliki oleh mereka yang berada “di depan” atau yang pertama kali mengenal peluang tersebut. Kita cenderung percaya bahwa mereka yang sudah melakukan suatu hal lebih dulu akan lebih beruntung disbanding dengan yang “datang belakangan” dan melakukan hal sama.
Harus diingat bahwa Stephen Covey, pakar yang mengemukakan tentang tujuh kebiasaan manusia yang amat efektif, memperkenalkan kita kepada “ciptaan pertama” dan “ciptaan kedua”.
Ciptaan pertama adalah bentuk ketika suatu hal diciptakan atau dibentuk pertama kali, sedangkan ciptaan kedua adalah ketika hal itu dibentuk untuk waktu berikutnya. Jelas yang terakhir merupakan perbaikan disbanding dengan ciptaan pertama karena pasti sudah ada perbaikan sebagai hasil pengamatan pada kelemahan ciptaan pertama ditambah hal-hal yang diperkirakan merupakan perbaikan dari bentuk sebelumnya.
Contoh yang jelas adalah perkembangan bentuk dan fitur peralatan (TV, komputer, HP dan semacamnya), setiap kali selalu lebih baik disbanding dengan sebelumnya.
Mengapa bisa demikian, tentunya model-model terakhir dibuat setelah memperhatikan kelemahan tipe sebelumnya dan berdasarkan pengalaman memakai produk tipe tersebut kemudian didapatkan hal-hal yang harus diperbaiki, yang diterapkan pada tipe atau model keluaran belakangan.
Jadi, kita tidak perlu berkecil hati bila menjadi orang kesekian yang memasuki suatu bidang. Walaupun ada pepatah: “Burung pertama akan mudah mendapat cacing” (the ealy bird cathes the worm), tetapi ada suatu lembaga pendidikan yang pernah mengiklankan diri sebagai “We are not the first, but the best !”
Peluang adalah suatu “situasi”. Setiap kali suatu situasi akan dapat berubah. Suatu hal yang yang pada satu hari muncul sebagai peluang, di hari berikutnya mungkin sudah bukan merupakan peluang lagi. Di dunia yang mempunyai banyak perubahan dan banyak kemungkinan ini, ada berbagai macam peluang yang muncul. Kita memang harus jeli untuk melihatnya, kemudian menangkap dan memprosesnya.
Yang menjadi masalah memang bagaimana kita dapat “melihat” dan menangkap peluang yang “lewat” tersebut. Hal itu membutuhkan proses belajar, sampai kita dapat “mengendus” peluang mana yang sesuai dengan kemampuan kita untuk dapat memproses selanjutnya, sehingga peluang tersebut menjadi berdaya-guna. Layaknya semua proses belajar, pasti ada tahapan-tahapan ketika kita jatuh-bangun dulu sebelum akhirnya menjadi mahir. Seperti pernah disinggung di rubrik ini, proses belajar yang baik adalah seperti proses anak belajar berjalan.
Walaupun awalnya selalu jatuh (samakanlah dengan pengalaman hidup ketika berkali-kali mengalami kegagalan), tetapi si anak tetap saja “ngotot” untuk bangkit lagi sampai akhirnya dapat berjalan di atas kakinya sendiri.
Hal lain yang perlu diperhatikan kalau kita menghadapi suatu peluang adalah melihat semua hal di sekeliling peluang tersebut secara menyeluruh. Banyak orang yang main tubruk saja ketika melihat suatu peluang di depannya, tanpa memperhatikan hal-hal yang mungkin menyebabkan sebaiknya kita tidak usah mengambil peluang tersebut.
Setelah satu peluang kita “tangkap”, sebelum membuahkan suatu hasil, masih saja kita harus menerapkan kedisiplinan, kejelasan arah, ketekunan dan strategi-strategi tertentu. Tidak ada peluang yang langsung membuahkan hasil begitu kita tangkap. Masih harus ada proses panjang untuk sampai ke tahapan itu.
No Where atau Now Here
Yang menarik adalah membandingkan pandangan orang yang pesimis dan yang optimis. Yang pesimis mengatakan OPPORTUNITY IS NO WHERE – tidak ada peluang di mana pun. Sedang orang optimis selalu mengatakan OPPORTUNITY IS NOW HERE, peluang itu saat ini ada di sini. No where (tidak ada di mana pun) dan now here (sekarang ada di sini) jumlah dan urutan hurufnya sama persis. Hanya saja letak huruf “w” yang menyatu dengan kata yang di depan atau yang menyatu dengan kata yang di belakanglah yang membedakan artinya.
Itu jelas berarti bahwa sudut pandang seseorang lah yang memastikan bahwa peluang, atau kesempatan, itu tidak ada di mana-mana, atau memang ada di sini. Toh bentuk peluangnya sama, tempat dan situasi yang dihadapi juga sama – hanya yang cukup jeli dan punya pengharapan (= optimis) dapat mengenalinya sebagai peluang yang harus ditangkap dan digarap, sedang yang lain tidak melihatnya sama sekali.
Begitu peluang sudah berada di dalam dekapan kita, kita tetap saja harus berusaha. Di atas sudah disinggung mengenai kedisiplinan, kejelasan arah, ketekunan dan strategi-strategi untuk mengolahnya menjadi suatu hasil yang berdaya-guna. Untuk membicarakan hal itu ada cerita yang menarik. Di suatu kerajaan, seorang raja berpikir: “Aku ini ‘kan raja. Masa iya sih, tak dapat mengusahakan cara yang paling mudah untuk mendapatkan hasil dengan segera?”
Dikumpulkannya semua kaum cerdik-pandai dari seluruh pelosok negeri untuk menemukan cara seperti yang dipikirkannya. Setelah tenggat waktu yang ditentukan, mereka menghadap dengan membawa buku setebal 100 halaman, berisi jawaban atas kemauan baginda. Raja menerima buku tersebut, tetapi tidak puas. “Gila apa, masa yang namanya cara yang paling mudah harus dicapai dengan membaca dan menghapal isi buku setebal ini? Itu namanya menyengsarakan diri! Cari cara yang lebih baik!”
Mereka berkumpul kembali, bermalam-malam membahas keinginan baginda. Akhirnya mereka mengumumkan bahwa jawabannya sudah ditemukan. Singkat, sesuai keinginan sang raja. Pada puncak acara satu pertemuan akbar yang diliput seluruh media massa dan stasiun TV (eh, emang sudah ada, ya?), diserahkanlah satu lembar kertas yang segera dibuka baginda dan dibacanya keras-keras. Isinya: “Tidak pernah ada makan siang gratis!” (diterjemahkan dari: There is no FREE lunch).
Apakah Anda setuju dengan “penemuan” para cerdik-pandai di kerajaan itu? Apakah Anda berpikir bahwa semua orang yang kita kenal: Aburizal Bakrie, Ciputra, SBY, JK, Hasyim Muzadi, Gus Dur, Rizal dan Andi Mallarangeng dengan mudah dan dengan begitu saja meraih nama besar mereka? Pernahkah Anda berpikir bahwa mereka ini selalu bersusah-payah mengalahkan diri-sendiri ketika datang godaan untuk tidak bertekun, tidak berkonsentrasi terhadap sasaran yang mereka kejar?
Pernahkah Anda berpikir bahwa mereka sering menghabiskan waktu 14 jam sehari untuk mencari jawab atas persoalan yang harus mereka pecahkan? Menghasilkan satu keberhasilan setelah bertubi-tubi didera kegagalan?
Untuk orang-orang seperti mereka satu kegagalan bukanlah akhir segalanya. Orang yang berhasil sealu akrab dengan kegagalan. Untuk mereka kegagalan, seperti pepatah, adalah “keberhasilan yang tertunda”. Mereka menghayati dan memahami hal itu. Satu kegagalan akan dipelajari untuk didapatkan manfaatnya sehingga dapat menjadi pelajaran untuk langkah-langkah selanjutnya.
Seorang motivator memberi perumpamaan menarik. Orang seperti mereka tidak pernah hanya duduk-duduk saja dan tidak berbuat apa-apa ketika ditimpa suatu masalah. Tuhan sudah menentukan bahwa satu-satunya jenis makhluk yang boleh duduk-duduk saja dan mendapatkan hasil maksimal hanya ada satu di dunia ini: unggas – termasuk ayam yang amat kita kenal itu (yang mengerami telur-telurnya)
Read more »

Sabtu, 11 Februari 2012

Ambilah Pelajaran Dari Air

air kehidupan dalam motivasiSegalanya tercipta penuh hikmah ditujukan tuk bani Adam, begitupun air dg berbagai sifatnya. Bukankah kita terlahir dalam kesucian, sejernih air yg memancar dari sumbernya.
Berjalanlahlah di atas roda kehidupan, tanpa merendahkan diri dan tanpa menyombongkan, bukankah air yg tenang permukaannya selalu sama rata, sisi satu tdak lebih tinggi atau rendah dri yg lain? Jauhilah sifat pasif, bukankah beberapa penyakit lebih condong pada air yg menggenang. Bgai air yg mengisi tiap sudut ruang-ruang kosong, hendaknya kita selalu menghiasi waktu dg menunaikan semua kewajiban, fleksible, cepat menyesuaikan diri dg lingkungan sekitar. Dahulukanlah pilihan yg lebih penting dari yang penting dalam menunaikan kewajiban, sperti air, selalu memenuhi ruang dg mendahulukan bagian dasarnya. Letakkan langkah demi langkah menuju tujuan hakiki, bak air dari hulu yg sukses smpai ke hilir.
Bersabar, pantang menyerah, diantara sifat air yg tercermin pada ombak yg tak kenal lelah menghantam kokoh nya batu karang. Ketika sbuah batu mencebur dlam kolam air, perhatikan setiap jengkal permukaan ikut bergetar, dan kan kembali tenang scra bersamaan, hal ini menggambarkan kerjasama, kepedulian, kepekaan, cinta dalam ikatan sosial. Ketika air menguap, terdapat pula satu pelajaran berharga, bahwa suatu saat kita pasti kan kembali pada sang pencipta.
Rupa wajah yang begitu tampan dan cantik, keluarga yg begitu dicintai, tanah, rumah, mobil, perabot yg serba wah, semua akan ditinggal sama sekali, kecuali tiga, amal jariyah, anak sholeh, dan ilmu yg bermanfaat. Wahai tuhan kami, tidaklah kau ciptakan semua ini dg percuma. Maha Suci Engkau, maka jauhkan kami dari azab neraka.
Read more »

Jumat, 10 Februari 2012

PERSEPSI YANG SALAH TENTANG “KEBAHAGIAAN”

bahagia Berapa banyak orang di dunia ini yang hidupnya dipenuhi rasa kegelisahan dalam hatinya dan kebingungan yang tak berujung hanya karena persepsi yang salah tentang kebahagiaan. Sebenarnya apa itu kebahagian itu? Megapa banyak orang sulit untuk meraihnya? Apakah meraka tidak bisa menemukan kebahagiaan? Atau mereka menemukan hal yang mirip dengan kebahagiaan tetapi sesungguhnya bukan kebahagiaan?
Pertanyaan ini sudah muncul sejak berabad-abad yang lalu dan misteri kebahagiaan ini masih saja belum menemukan jawaban yang tuntas, disini saya akan mencoba untuk menoba mendevinisikan kebahagian tersebut,
Menurut saya sebenarnya mereka itu bukannya tidak menemukan kebahagiaan, hanya saja mayoritas orang salah dalam mengartikan kebahagiaan tersebut.
Bagaimana tidak? karena sesunguhnya kebahagiaan itu hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang pandai dalam meng-syukuri dan tabah dengan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya didunia ini 2 sifat ini muncul karena keyakinan seseorang akan Tuhan. Maka jika sesorang telah hidup sebagaimana mestinya dan ketika kegagalan menderanya dia tak berputus asa atas kegaglan tersebut dan ketika keberhasilannya dalam suatu usaha ia raih, sombong dan congkak bukanlah sifat yang akan terlihat darinya.
Namun yang terjadi pada saat ini bukanlah seperti cerita diatas,oleh karenanya disini saya akan menyebutkan beberapa hal yang menyebabkan kebahagiaan itu sulit kita raih agar dapat kita hindari dan menjadikannya sebagai solusi terbaik dalam meraih kebahagiaan yang hakiki dalam kehidupan,
Pertama : Manusia cenderung mencari kebahagiaan dengan cara menemukan benda-benda yang diluar yang mereka anggap bisa membahagakan, dalam hal ini yang berperan penting adalah uang, kebahagian seringkali ditafsirkan dengan uang,harta benda dan kekayaan sebab mereka berkeyakinan bahwa kebhagiaan adalah kemampuan ketika kita bisa mendapatkan apapun yang kita iniginkan dan solusi terbaik untuk mendapatkanya adalah uang. Ini yang membuat diri kita mencurhkan segenap tenaga dan pikiran demi memperolehnya.
Yang menarik dalam hal ini ternyata uang bukannya bisa membuat kita merasa bahagia tetapi justru rasa tidak puas. Semaki kita memperoleh uang maka semakin tidak puas pula diri kita dengan hasil yang telah kita peroleh dan dari keidak puasan ini maka sudah pasti kebhagian bukanlah hal yang kita peroleh.
Kedua : Manusia sreingkali memaknai kebhagiaan dengan kesenangan dan kenikmatan. Setiap orang memang senantiasa mencari kesenagna dan menghindari kesakitan, ini sudah menjadi fitrah dari manusia tanpa terkecuali, namun seringkali manusia hanya mempunayai perspektif jangka pendek yang menyebabkanya jatuh kedalam jurang ketidakbhagiaan karena manusia sringkali terpedaya pada kenikmatan dan kesenangan yang padahal ujungya menghantarkan pada penderiataan yang jauh kebih mendalam.
Mendapatkan uang se-banyak-banyaknya dengan cara yang mudah adalah kesenangan, tapi orang lupa bahwa diujung kebahagiaannya dia harus membayar dengan penderitaan telah menantinya misalkan jika ia harus menghadapi hukuman karena korupsi, tergoda dalam kesenangan seks yang secara kasak mata terlihat bahwa itu adalah bentuk dari kebhagiaan dan terlihat sangat menyenagkan untuk kemudian harus menuai hancurnya kredibilitas.
Ke empat : ketidak percayaanya manusia akan hukum alam yaitu hukum sebab-akibat yang telah diatur oleh tuhan didunia sebagai cara Tuhan untuk intervensi dunia ini karena setiap perbuatan dialam ini akan ada akibatnya, tidak ada yang gratis.
Segala kebaikan pasti akan berakibat kebaikan pula meski tidak terjadi secara langsung begitu pula sebalinya. Banyak orang berfikiran bahwa hukum alam ini adalh relatif dan brfikir bahwa dia bisa mengakali hukum alam, mungkin pemikiran inilah yang menyebabkan manusia tak segan-segan melakukan kejahatan meski merka tau bahwa setiap keburukan akan menuai keburukan.
Pemikiran sperti ini sesungguhnya mencerminkan bahwa manusia tidak sepenuhnya percaya pada Hukum-Hukam Tuhan, ketika kita melakukan kejahatan sekecil apapun maka sesungguhnya kita telah merusak kbahagiaan kita sendiri. Ingatlah bahwa jiwa manusia itu suci pada fitrahnya, maka jika kita melakukan kejahatan sudah pasti muncul rasa gelisah, tidak tenang dan perasaan dikejar-kejar rasa bersalah, sesorang yang melakukan kejahatan bisa saja mersa gembira atas kejahatannya sendiri. tapi tidak bisa di pungkiri dibalik kesenagnya itu rasa tidak tenang dan tidak damai selalu inggap dihatinaya. Batas kebahagiaan manusia itu adalah kebaikan, ketika seorang manusia keluar gari jalur kebaikan maka hatinya akan gelisah dan akan kembali damai lagi jika ia kembali kepada kebaikan.
Read more »

Kamis, 09 Februari 2012

Arti Sebuah Waktu

motivasi dalam waktuAlkisah ada seorang wanita yang hidup di sebuah desa terpencil, dia ingin pergi kerja ke kota agar dia bisa mengoprasi wajahnya. Kemudian dia mengutarakan keinginannya untuk kerja di kota kepada kedua orang tuanya, tapi keinginannya tersebut di tolak oleh kedua orang tuanya. Mendengar kata kedua orang tuanya yang menolak keinginannya dia pun menangis, tapi tak berapa lama kemudian ibunya datang menghampiri dia. Dan tiba-tiba ibunya bilang “Kamu boleh pergi ke kota nak”.
Mendengar perkataan ibunya dia pun tersenyum. Dan pagi harinya dia bersiap-siap untuk pergi ke kota. Di tengah perjalanan yang lama dan melelahkan dia istirahat di sebuah rumah, dan dia pun membayangkan, ” andai ku bisa membangun rumah mewah dan dapat mengoprasi wajah ku yang biasa menjadi luar biasa ini.” Tiba-tiba di tengah-tengah lamunannya datang seorang nenek tua menghampirinya, dan bertanya “kenapa nak kamu tersenyum sendiri?”
“Saya sedang membayangkan andaikan saja ku bisa sukses di kota dan dapat mengoprasi wajahku ini”, kata dia. Dan nenek itu mengeluarkan jam kecil dari kantongnya, kemudian nenek itu berkata “Kamu tinggal putar jam itu sesuai dengan putaran jarum jam, bila kamu ingin segera meraih cita-citamu”.
“Baik nek”, kata wanita tadi.
Kemudian tak berapa lama dia memutar jam tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan nenek tadi. Dan tiba-tiba dia bisa bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Tapi dia tak puas dengan lamanya waktu yang di perlukan agar bisa mengoprasi wajahnya.
Kemudian dia kembali memutar jam tersebut, dan wajahnya pun menjadi cantik. Lagi-lagi dia kurang puas dengan wajahnya, dan kembali dia memutar jam kecil pemberian nenek-nenek yang pernah dia temui sekali lagi. Tapi setelah memutar jamnya dia mendapati wajahnya yang semula cantik jelita menjadi tua dan keriput. Dan dia menyesal dengan keadaan dia sekarang. Kemudian dia kembali menemui nenek-nenek yang memberi dia jam di tempat di mana dia bertemu. Tapi dia tak melihat nenek tersebut karena nenek itu telah lama meninggal. Dia pun hanya bisa menyesal dan menangisi nasibnya.

Kesimpulan :
  1. Jadilah diri sendiri karena hanya dengan menjadi diri sendiri kita akan menjadi pribadi yang hidup dengan penuh rasa bahagia, damai, dan mulia.
  2. Raihlah cita-cita dengan penuh pengorbanan, kegigihan, dan kedisiplinan waktu untuk belajar.
  3. Kesuksesan bukan datang dari nasib dan keberuntungan, tapi datang dari kerja keras, ketidak putus asaan dan keyakinan.
Read more »